Kediri,    tjahayatimoer.net      – Media sosial TikTok kembali diramaikan dengan tren terbaru yang memicu perdebatan, yakni Tren S Line. Tren ini menampilkan garis merah di atas kepala, yang disebut-sebut mencerminkan jumlah hubungan seksual yang pernah dilakukan seseorang.

Tren ini terinspirasi dari drama Korea berjudul S Line, di mana tokoh utama dalam cerita tersebut memiliki kemampuan istimewa untuk melihat "garis merah" yang menghubungkan dua individu berdasarkan pengalaman intim mereka. Dalam visualisasinya, semakin banyak garis merah yang terlihat di atas kepala, semakin banyak pula jumlah pasangan atau hubungan seksual yang pernah dijalani seseorang.

Di TikTok, tren ini kemudian diadopsi warganet sebagai bentuk ekspresi, bahkan dijadikan hiburan. Sejumlah pengguna dengan santai memamerkan jumlah garis merah mereka sambil mengikuti audio yang sedang viral. Namun, pergeseran konsep dari fiksi ke realitas inilah yang menimbulkan pro dan kontra di kalangan pengguna media sosial.

Sebagian netizen menilai tren ini terlalu vulgar dan tidak pantas untuk dikonsumsi publik, terutama di platform yang banyak diakses generasi muda. Mereka menganggap Tren S Line sebagai bentuk pengungkapan aib yang tidak perlu ditiru. Tak sedikit pula yang menyayangkan banyaknya pengguna yang ikut-ikutan hanya karena takut ketinggalan tren (fear of missing out/FOMO) tanpa memahami makna sebenarnya dari garis merah tersebut.

"Jangan asal ikut tren hanya karena viral. Pahami dulu makna dan dampaknya," tulis salah satu netizen dalam kolom komentar.

Meski begitu, ada pula yang menilai tren ini sebagai bentuk kebebasan berekspresi dan pengakuan terhadap pengalaman pribadi secara terbuka.

Fenomena ini kembali mengingatkan pentingnya literasi digital dan kesadaran dalam menggunakan media sosial, terutama dalam menyikapi konten yang menyangkut nilai-nilai pribadi dan sensitif. (RED.A)