Kediri,      tjahayatimoer.net      – Gelaran Kediri City Expo yang menjadi bagian dari rangkaian Musyawarah Komisariat Wilayah (Muskomwil) IV ke-13 APEKSI 2025 di Kota Kediri menghadirkan beragam stan yang memikat perhatian pengunjung. Salah satunya adalah stan permainan tradisional milik Omah Panji, yang menyuguhkan ragam permainan tempo dulu yang kini mulai ditinggalkan.

Ida Sulistyawati, pegiat seni dari Omah Panji, menyampaikan bahwa sebagian besar permainan yang dipamerkan terbuat dari bahan alami dan dulunya kerap dimainkan anak-anak era 1980-an. “Kami ingin memperkenalkan kembali permainan tradisional kepada generasi saat ini. Kalau tidak, bisa-bisa permainan ini hilang dan dilupakan,” tutur Ida.

Menurutnya, permainan tradisional bukan sekadar hiburan, tapi juga bagian dari warisan budaya lokal yang perlu dilestarikan. Ia bahkan mengkhawatirkan jika suatu hari permainan itu bisa diklaim sebagai budaya daerah lain karena generasi asli Kediri tidak lagi mengenalnya.

Beragam permainan yang dipamerkan antara lain otok-otok, kembang fantasi, alat masak dari gerabah, neker, kiciran, bola bekel, hingga karet lompat tali. Beberapa pengunjung dewasa yang mampir ke stan mengaku terharu saat melihat mainan yang pernah mereka mainkan di masa kecil.

“Banyak bapak-bapak datang ke sini, lalu mengenang masa kecil mereka sambil cerita, dulu sering main otok-otok,” kata Ida.

Meski sebagian besar permainan yang dipamerkan hanya untuk display, Ida mengatakan pihaknya tetap membuka pemesanan bagi siapa pun yang tertarik. “Kalau ada yang ingin membeli, bisa menghubungi kami. Tapi stoknya memang sudah terbatas,” imbuhnya.

Ida juga merasa bangga dapat ikut berkontribusi dalam pelestarian budaya melalui pameran ini. Ia menyebut, beberapa anak yang datang ke stan bahkan terlihat heran dan kagum karena belum pernah melihat permainan seperti kembang fantasi.

“Anak-anak sekarang rata-rata baru pertama kali melihat mainan ini. Ada yang bilang, ‘Kok lucu ya, baru tahu kalau ada mainan begini’,” ujarnya sambil tersenyum.

Sebagai penutup, Ida mengingatkan pentingnya mengenalkan permainan tradisional di tengah gempuran teknologi digital. “Permainan tradisional itu bukan sekadar nostalgia. Tapi juga bisa mengasah kreativitas anak. Dengan bermain secara aktif, mereka belajar menyelesaikan masalah dan berimajinasi,” pungkasnya. (RED.A)