Kediri,  tjahayatimoer.net   – Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri (Kelatnas PD) memperingati hari jadinya yang ke-70 pada 2 Juli 2025. Perguruan silat yang berdiri sejak tahun 1955 di Surabaya ini dikenal luas sebagai salah satu aliran silat nasional yang memadukan kearifan lokal dengan pengaruh ilmu beladiri luar.

Berdasarkan informasi dari laman resmi perisaidiri.or.idPerisai Diri merupakan hasil perpaduan dari 156 aliran silat Indonesia dan kungfu Shaolin aliran Siauw Liem Sie. Ilmu beladiri ini dirumuskan oleh RM Soebandiman Dirdjoatmodjo atau lebih dikenal dengan sebutan Pak Dirdjo, yang meramu ilmu tersebut dari berbagai pengalaman belajarnya kepada pendekar-pendekar Nusantara, termasuk tokoh Tionghoa ternama Yap Kie San.

Dengan moto “Pandai Silat Tanpa Cedera,” teknik yang diajarkan Perisai Diri disusun secara ilmiah dan efisien, menyesuaikan dengan anatomi tubuh manusia. Pendekatan ini membuat latihan dalam Perisai Diri tak hanya fokus pada fisik, tetapi juga pada mental dan spiritual.

Dari Yogyakarta ke Surabaya, Menjadi Gerakan Nasional

Perjalanan awal Pak Dirdjo dimulai dengan merintis pelatihan di Yogyakarta. Namun, pada 2 Juli 1955, ia resmi mendirikan kursus Perisai Diri di Surabaya, yang menjadi tonggak lahirnya organisasi ini.

Beberapa perguruan yang sempat ia dirikan sebelumnya seperti Eko Kalbu dan HPPSI, kemudian melebur ke dalam Perisai Diri. Seiring waktu, organisasi ini tumbuh pesat dan pada tahun 1970 mulai menggunakan nama resmi Keluarga Silat Nasional Indonesia Perisai Diri.

Struktur organisasi, lambang, hingga seragam resmi latihan mulai dibakukan. Lambang Perisai Diri sendiri merupakan hasil rancangan kolektif para murid yang kemudian disempurnakan oleh Pak Dirdjo.

Warisan yang Menembus Batas Negara

Setelah Pak Dirdjo wafat pada 9 Mei 1983, tongkat estafet kepemimpinan diteruskan oleh para muridnya. Hingga kini, Perisai Diri telah berkembang pesat, tak hanya di seluruh wilayah Indonesia, tetapi juga di berbagai negara seperti Australia, Belanda, Inggris, dan Jepang.

Di luar negeri, Perisai Diri bukan hanya dikenal sebagai seni beladiri, tapi juga sebagai bagian dari diplomasi budaya Indonesia.

Menatap Masa Depan, Menjaga Tradisi

Memasuki usia ke-70, Perisai Diri terus membuka ruang bagi generasi muda untuk belajar seni beladiri yang berakar pada nilai-nilai luhur Nusantara. Melalui program pelatihan di sekolah dan kampus, keikutsertaan dalam kejuaraan nasional dan internasional, serta promosi seni budaya, Perisai Diri berkomitmen menjaga warisan bangsa sekaligus memperkenalkannya ke panggung dunia.  (RED.A)