CALIFORNIA, tjahayatimoer.net — Aksi penggerebekan imigrasi di dua fasilitas pertanian ganja legal milik Glass House Farms di California selatan memicu kontroversi dan protes keras dari aktivis serta pejabat publik. Operasi yang melibatkan puluhan agen ICE (Imigrasi dan Bea Cukai AS) dan personel Garda Nasional bersenjata itu terjadi pada Kamis (10/7/2025) dan berujung penahanan sekitar 100 pekerja, sebagian besar di antaranya imigran tak berdokumen.
Dalam pernyataan resmi di platform X (sebelumnya Twitter), pihak Glass House mengonfirmasi kedatangan otoritas imigrasi ke rumah kaca mereka. “Lokasi rumah kaca kami hari ini dikunjungi oleh pejabat ICE,” tulis mereka singkat.
Situasi di lapangan sempat memanas ketika warga sekitar dan aktivis hak imigran berusaha menghadang aparat. Tayangan televisi lokal memperlihatkan barikade warga yang direspons aparat dengan granat asap, hingga menimbulkan bentrokan. Bahkan, di Camarillo, satu orang dilaporkan melepaskan tembakan ke arah petugas sebelum akhirnya ditangkap.
Legislator dan Pejabat Daerah Hadang Operasi
Salah satu yang ikut mengkritisi operasi ini adalah anggota DPR AS dari Partai Demokrat, Salud Carbajal. Ia mengaku dihalangi masuk saat mencoba mengawasi penggerebekan di Carpinteria. “Lebih dari 50 agen ICE masuk dan menembakkan peluru kendali massa terhadap warga sipil. Ini bukan penegakan hukum biasa, ini razia bergaya militer,” ujarnya lewat unggahan di media sosial.
Di lokasi lainnya, dua anggota dewan kota turut hadir, salah satunya dilaporkan mengalami luka setelah terjatuh saat situasi ricuh.
Kebijakan yang Inkonsisten
Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) membenarkan penggerebekan tersebut, menyatakan bahwa agen mereka hanya menindak sesuai hukum imigrasi dan menjalankan surat perintah di lokasi usaha ganja.
Namun, gelombang kritik terhadap kebijakan imigrasi pemerintahan Presiden Donald Trump kembali menguat. Hanya beberapa pekan sebelumnya, Trump sempat menyatakan akan melonggarkan tindakan terhadap pekerja migran ilegal di sektor pertanian dan perhotelan. Tapi kebijakan itu kemudian dibatalkan, dan menteri pertaniannya menegaskan bahwa tidak akan ada amnesti.
Risiko bagi Sektor Pertanian
Menurut data resmi, setidaknya 50 persen pekerja pertanian di AS adalah imigran tanpa dokumen. Penggerebekan besar seperti ini dikhawatirkan bisa mengguncang rantai pasokan pangan nasional, mengingat buruh tani adalah tulang punggung produktivitas pertanian.
“Operasi ini sudah direncanakan sejak lama, dan kami menduga ini merupakan kelanjutan dari kunjungan ICE pada Juni lalu,” kata salah satu pengacara yang mewakili buruh tani.
Pihak pekerja kini mendesak perlindungan hukum bagi imigran yang telah bekerja lama di sektor pertanian legal, terutama di negara bagian seperti California yang telah melegalkan industri ganja. Protes diperkirakan akan terus berlangsung dalam beberapa hari ke depan, seiring meningkatnya tekanan terhadap pemerintah federal agar meninjau ulang pendekatan keamanan dan imigrasi mereka. (RED.A)
0 Komentar