NGANJUK, tjahayatimoer.net – Ribuan pengunjung membanjiri Air Terjun Sedudo pada Sabtu (12/7) pagi, menyemarakkan tradisi tahunan Siraman Sedudo, sebuah ritual sakral yang dipercaya membawa berkah dan awet muda. Prosesi ini dipelopori oleh Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi dan dihadiri oleh Wakil Bupati Trihandy Cahyo Saputro serta jajaran Forkopimda setempat
Rangkaian Prosesi Sakral
-
Ritual diawali dengan Tari Penyambutan Grojokan Sedudo sebagai simbol penghormatan kepada alam.
-
Dilanjutkan dengan Tari Bedaya Amek Tirta—tarian sakral yang menandai pengambilan air suci.
-
Puncak acara: Siraman bersama masyarakat, di bawah guyuran air terjun, dilaksanakan khidmat oleh rombongan pejabat dan masyarakat.
Filosofi dan Tujuan
Bupati Marhaen menegaskan, tradisi ini merupakan warisan sejak era Majapahit yang sarat makna spiritual dan ekologis). “Air Sedudo diyakini membawa keberkahan, kesehatan, bahkan awet muda,” ungkapnya. Ia juga menyoroti bahwa siraman bukan sekadar ritual, tetapi ajakan untuk menjaga kelestarian alam dan merajut kebersamaan antargenerasi.
Pariwisata dan Kearifan Lokal
Acara ini menjadi titik temu antara ritual sakral, kearifan lokal, dan potensi wisata. Dihadiri oleh ribuan peserta, target awal hanya 500 orang jauh terlampaui. Bupati berharap peristiwa ini dapat menarik wisatawan mancanegara dan mendongkrak citra Nganjuk sebagai destinasi budaya dan alam.
Sedudo: Air Terjun Legendaris
Sedudo, yang terletak di Desa Ngliman ketinggian sekitar 1.438 meter dengan ketinggian jatuhan air sekitar 105 meter, selama ini menjadi pusat kegiatan Sato Sura, peringatan Tahun Baru Jawa . Infrastrukturnya terus diperbaiki untuk menampung jumlah pengunjung yang terus meningkat.
Dengan semakin meningkatnya antusiasme masyarakat dan upaya pelestarian budaya, Siraman Sedudo bukan hanya ritual tahunan, tetapi simbol harmonisasi manusia dengan alam dan budaya. Semoga keunikan tradisi ini tetap terjaga dan menjadi magnet wisata yang mendunia. (RED.AL)
0 Komentar