BRASILIA,   tjahayatimoer.net        – Keluarga Juliana Marins, perempuan Brasil berusia 26 tahun yang tewas usai terjatuh saat mendaki Gunung Rinjani, Lombok, kembali menuntut kejelasan terkait penyebab kematiannya. Mereka mengeluhkan minimnya komunikasi resmi dari pihak berwenang mengenai hasil otopsi terbaru yang dilakukan di Brasil.

Mariana Marins, kakak korban, menyatakan bahwa keluarga justru mengetahui hasil otopsi melalui pemberitaan media, bukan melalui pemberitahuan resmi.
“Keluarga tidak menerima apa pun,” ujar Mariana kepada TV Globo, Kamis (10/7/2025).

Otopsi Kedua di Brasil, Hasil Belum Diterima Langsung oleh Keluarga

Sebelumnya, otopsi pertama telah dilakukan di Rumah Sakit Bali Mandara, Denpasar, Indonesia. Namun, keluarga merasa informasi yang disampaikan belum menjelaskan secara rinci waktu dan penyebab kematian Juliana. Bahkan, hasil otopsi disampaikan ke publik terlebih dahulu melalui konferensi pers sebelum diterima keluarga.

Karena itulah, sesampainya jenazah Juliana di Brasil pada Selasa (1/7/2025), keluarga langsung membawanya ke Institut Medis Legal (IML) Afranio Peixoto, Rio de Janeiro, untuk pemeriksaan forensik ulang. Pemeriksaan dilakukan dengan pengawasan ketat dari perwakilan keluarga dan Kepolisian Federal Brasil.

Isi Hasil Otopsi dan Reaksi Pihak Kepolisian

Dalam laporan TV Globo, hasil otopsi menunjukkan bahwa Juliana kemungkinan meninggal dalam waktu 10 hingga 15 menit setelah jatuh dari tebing. Ia mengalami luka parah yang membuatnya tidak memungkinkan untuk bergerak atau meminta bantuan secara efektif.

Hasil ini dinilai tidak jauh berbeda dengan otopsi di Indonesia. Namun, keluarga baru dijadwalkan menerima hasil resmi otopsi pada Jumat (11/7/2025).

Pihak Kepolisian Sipil Rio de Janeiro membantah telah membocorkan isi dokumen otopsi ke media. Mereka menegaskan bahwa hasil tersebut telah dibahas secara internal bersama keluarga.
“Seorang perwakilan keluarga hadir dalam autopsi dan telah mengetahui kesimpulan utamanya,” bunyi pernyataan resmi kepolisian.

Dugaan Kelalaian dalam Evakuasi

Juliana dilaporkan jatuh ke jurang saat mendaki Gunung Rinjani pada 21 Juni 2025. Menurut saksi, ia masih terlihat hidup sesaat setelah terjatuh. Namun, bantuan medis baru tiba hampir 90 jam kemudian, yang membuat keluarga menilai ada kelalaian dalam proses penyelamatan.

Evakuasi jenazah Juliana baru selesai pada Rabu (25/6/2025) dengan bantuan relawan dan tim SAR setempat. Pihak tim evakuasi menyatakan bahwa cuaca ekstrem dan medan sulit menjadi hambatan utama, serta keterbatasan peralatan yang memperlambat pengangkatan jenazah.

Jenazah Juliana kemudian dibalsem untuk kepentingan pemulangan ke Brasil. Ia diterbangkan dari Indonesia ke São Paulo menggunakan pesawat Emirates, lalu dilanjutkan dengan penerbangan milik Angkatan Udara Brasil (FAB) menuju Rio de Janeiro.

Kematian Juliana Marins Berpotensi Dibawa ke Ranah Hukum

Hingga kini, keluarga masih membuka kemungkinan membawa kasus ini ke ranah hukum, termasuk mempertanyakan tanggung jawab pemerintah Indonesia. Namun, menurut pakar hukum internasional Yusril Ihza Mahendra, Indonesia tidak dapat dituntut ke Komisi HAM Amerika karena tidak menjadi anggota yuridiksinya.

Kasus Juliana Marins terus menjadi sorotan publik baik di Brasil maupun Indonesia, dengan tekanan yang terus meningkat terhadap pihak berwenang untuk menjelaskan secara tuntas insiden tragis ini. (RED.A)