KEDIRI,tjahayatimoer.net---Dalam beberapa tahun terakhir, istilah healing sudah jadi bagian dari kamus harian anak muda. Kata ini bahkan sering jadi caption andalan di Instagram, lengkap dengan latar staycation, kopi latte art, atau shopping haul barang lucu. Banyak Gen-Z mengartikan healing sebagai bentuk self-reward—hadiah atas kelelahan atau tekanan hidup.
Tapi… apa benar ini healing?
Healing: Bukan Sekadar Ngopi atau Staycation
Menurut psikologi, healing adalah proses pemulihan dari luka batin—baik mental maupun fisik. Dan proses ini butuh waktu, kesadaran diri, serta konsistensi. Bukan cuma weekend escape ke villa, lalu pulang dan kembali stres Senin pagi.
Sementara itu, yang sering kita sebut healing sekarang, kadang cuma jadi pelarian. Capek dikit, langsung checkout keranjang belanja. Habis ribut di rumah, langsung kabur staycation. Emosi nggak stabil, langsung ngopi mahal sambil update story, biar dikira “baik-baik saja”.
Media Sosial: Bikin Healing Jadi Tuntutan?
Alih-alih jadi ruang pemulihan, media sosial justru sering memperkeruh makna healing. Narasi yang dibangun seakan-akan healing = liburan aesthetic, padahal bisa jadi itu cuma pelarian emosional yang dikemas rapi buat “ngasih makan Instagram”.
Bahkan, ada yang healing bukan untuk pulih, tapi demi konten. Akhirnya, bukan sembuh yang didapat, tapi tekanan sosial baru: Kok dia bisa healing ke Bali, aku enggak?
Self-Care ≠ Konsumtif
Fenomena ini makin mendistorsi makna self-care. Padahal, merawat diri nggak harus selalu belanja atau jalan-jalan. Healing sejati justru terjadi saat kita berani duduk dengan diri sendiri, berdialog, menulis jurnal, bermeditasi, atau bahkan cukup tidur dan makan dengan benar.
Kalau pun butuh aktivitas, lakukan dengan sadar dan terencana. Misalnya, buat budgeting dulu sebelum staycation, atau pilih olahraga yang memang menyehatkan fisik, bukan cuma buat konten.
Saatnya Lebih Dewasa Menyikapi Healing
Gen-Z dikenal sebagai generasi yang melek kesehatan mental. Tapi, jangan sampai literasi ini berhenti di permukaan. Yuk, sadari bahwa healing bukan ajang pelarian instan. Ini tentang bagaimana kita menghadapi luka, bukan melarikan diri darinya.
Healing adalah bentuk self-love, tapi yang dewasa dan bertanggung jawab.
Jadi, lain kali sebelum kamu bilang “aku butuh healing”, coba tanya dulu ke diri sendiri:
“Aku lagi benar-benar ingin pulih, atau cuma ingin kabur sesaat?” (red:a)
0 Komentar