Bojonegoro, tjahayatimoer.net– Kesedihan mendalam menyelimuti warga Desa Padangan, Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro pada Minggu dini hari (18/5/2025). Tangis keluarga pecah saat empat ambulans membawa pulang jenazah korban kecelakaan maut di jalur Sarangan–Tawangmangu, tepatnya di wilayah Gondosuli, Karanganyar, Jawa Tengah.

Derai hujan yang sejak sore mengguyur kawasan desa menambah pilu suasana saat iring-iringan mobil ambulans tiba. Warga tumpah ruah di halaman rumah duka di RT 10, mengiringi kedatangan sanak saudara yang telah berpulang secara tragis.

Berikut kronologi dan fakta-fakta dari kecelakaan yang mengguncang dua daerah tersebut:

1. Dugaan Rem Kendaraan Bermasalah
Minibus Elf berpelat S-7338-AA mengangkut rombongan wisata dari Padangan dan Cepu, Blora, menuju kawasan wisata Tawangmangu. Dalam perjalanan menuruni jalur curam di Desa Gondosuli, sopir kehilangan kendali, diduga akibat kegagalan sistem pengereman.

“Kemungkinan besar rem blong. Sopir sempat mencoba mengendalikan kendaraan, namun akhirnya menabrak pembatas jembatan,” terang Kasatlantas Polres Karanganyar AKP Agista Ryan Mulyanto.

2. Kendaraan Terjun ke Jurang Setelah Tabrak Pagar
Setelah menghantam pagar jembatan, kendaraan terguling dan sebagian penumpangnya terpental ke jurang. Menurut saksi, sopir sempat membanting setir untuk menghindari mobil dari arah berlawanan di tikungan tajam.

“Bau kampas rem sangat menyengat. Saya kira ada kendaraan terbakar,” ujar Riki (23), warga sekitar lokasi kejadian.

3. Lima Nyawa Melayang, Termasuk Balita
Dari 17 penumpang yang berada di dalam Elf, lima orang meninggal dunia di tempat. Empat korban berasal dari Padangan, sementara satu lainnya dari Cepu, Blora. Seorang di antaranya adalah anak kecil berusia 6 tahun.

Sebanyak 11 penumpang lainnya mengalami luka-luka dengan kondisi beragam. Dua orang dirawat intensif karena luka berat, sedangkan sembilan lainnya luka ringan hingga sedang dan kini dirawat di RSUD Karanganyar.

4. Kesaksian Korban Selamat
Lasminingsih (56), penumpang asal Cepu, menceritakan kembali detik-detik mencekam saat kecelakaan terjadi. Ia menyadari kendaraan bermasalah saat mulai menuruni jalan.

“Waktu mobil mulai goyang-goyang, saya sudah merasa tidak enak. Tidak lama kemudian terguling. Saya jatuh, tapi selamat. Alhamdulillah,” katanya dengan suara lirih.

5. Pemakaman Dilakukan Dini Hari
Jenazah korban tiba sekitar pukul 01.30 WIB dan disambut tangis keluarga. Tiga korban yakni Ana Rubi (45), Atik (49), dan Salma (6) dimakamkan bersebelahan di pemakaman umum Desa Padangan. Sementara Sri Mulyani (58) dimakamkan di Dusun Jalakan.

“Begitu jenazah datang, langsung dimakamkan. Banyak warga yang ikut mengantar meski hujan masih turun,” ujar Kristinawati, tetangga korban.

6. Tangis dan Duka Menyelimuti Rumah Korban
Hingga malam hari, rumah para korban dipenuhi pelayat. Warga silih berganti datang untuk menyampaikan belasungkawa. Banyak dari mereka yang tidak kuasa menahan tangis saat melihat jenazah-jenazah dibaringkan di ruang tamu rumah masing-masing.

“Suasananya begitu menyayat hati. Semuanya tidak menyangka liburan berubah jadi musibah,” tutur Harno, warga setempat.

7. Polisi Telusuri Penyebab dan Kelayakan Kendaraan
Pihak kepolisian masih mendalami faktor penyebab kecelakaan, termasuk kondisi kendaraan sebelum berangkat. Jalur Gondosuli memang dikenal ekstrem dan rawan kecelakaan, apalagi saat musim hujan.

“Lokasi kejadian berada di turunan curam dan tikungan tajam. Kondisi cuaca yang basah ikut memperparah risiko,” jelas AKP Agista.

Duka yang menyelimuti keluarga korban menjadi pengingat akan pentingnya keselamatan dalam perjalanan wisata. Pemerintah daerah Bojonegoro turut menyampaikan belasungkawa dan mendorong perusahaan transportasi lebih ketat dalam memeriksa kelayakan armada sebelum digunakan.(red.a)