Bandung, tjahayatimoer.net – Harapan Manchester United untuk mengakhiri musim dengan gelar pupus sudah. Dalam laga final Liga Europa yang digelar di Stadion San Mamés, Bilbao, Kamis (22/5/2025) dini hari WIB, Setan Merah dipaksa menyerah dari Tottenham Hotspur dengan skor tipis 0-1. Satu-satunya gol dalam pertandingan itu dicetak oleh Brennan Johnson di babak kedua.
Padahal secara statistik, Manchester United tampil sangat dominan. Tim besutan Ruben Amorim menguasai jalannya pertandingan dengan ball possession mencapai 73 persen dan total 16 kali percobaan tembakan, enam di antaranya mengarah ke gawang. Sebaliknya, Tottenham hanya menciptakan tiga peluang sepanjang laga, namun satu yang tepat sasaran itu cukup untuk membawa mereka mengangkat trofi.
Hasil ini menambah panjang daftar kekecewaan fans Manchester United musim ini. Bukan hanya gagal meraih trofi, kekalahan ini juga menutup peluang mereka tampil di kompetisi Eropa musim depan.
"Saya merasa sangat kecewa, tentu saja," ujar Ruben Amorim dalam konferensi pers usai laga, dikutip dari situs resmi UEFA. "Kami adalah tim yang lebih baik dalam pertandingan ini. Para pemain sudah memberikan segalanya di lapangan, tetapi pada akhirnya kami tidak bisa mencetak gol. Malam ini kami harus menerima rasa sakit ini."
Ia menolak berkomentar soal masa depan tim, namun menyebut bahwa evaluasi mendalam akan segera dilakukan oleh manajemen klub.
Kemenangan ini sekaligus menjadi sejarah bagi Tottenham Hotspur yang berhasil menjuarai Liga Europa untuk pertama kalinya dalam sejarah klub. Pelatih mereka, Ange Postecoglou, tak bisa menyembunyikan rasa bangganya. "Kami bermain dengan disiplin, menunggu momen yang tepat, dan Johnson memberikan itu untuk kami. Ini malam yang luar biasa," ucapnya.
Kekalahan ini juga menambah tekanan pada manajemen MU. Banyak pihak mempertanyakan arah pembangunan tim di bawah Ruben Amorim, yang baru bergabung awal musim ini. Desakan dari para penggemar untuk melakukan perombakan skuat dan mendatangkan pemain baru semakin menguat.
Salah satu pendukung setia MU, yang menyaksikan langsung di Bilbao, mengungkapkan kekecewaannya. “Main bagus tapi hasilnya nihil. Ini bukan pertama kalinya musim ini. MU butuh perubahan nyata, bukan hanya kata-kata manis,” ujarnya.
Kini, Manchester United harus kembali ke titik nol. Tanpa kompetisi Eropa musim depan, fokus mereka akan penuh di ajang domestik. Tapi tantangan jelas tak ringan. Era baru di bawah Amorim dituntut untuk segera menunjukkan hasil yang nyata—bukan sekadar permainan atraktif tanpa trofi.(red.al)
0 Komentar