KEDIRI, tjahayatimoer.net – Tak banyak remaja yang berani melangkah keluar dari zona nyamannya di usia belia. Namun hal berbeda ditunjukkan oleh Ladiya, siswi kelas X SMAN 1 Pare. Di usianya yang masih 16 tahun, ia memberanikan diri mengikuti ajang Duta Pelajar Anti Narkoba Jawa Timur 2025, sebuah langkah besar yang tak hanya menantang, tapi juga bermakna.
Meski belum memiliki latar belakang di dunia modeling maupun pageant, Ladiya tetap melangkah dengan penuh semangat. Ia menyebut keikutsertaannya sebagai modal nekat, demi satu tujuan: menambah pengalaman dan mengasah berbagai keterampilan baru.
“Saya memang belum pernah terjun di dunia modeling, ini benar-benar pengalaman pertama. Tapi saya ingin mencoba hal yang berbeda, ingin nambah skill dan pengalaman,” ujar Ladiya, putri dari pasangan (alm) Suhendri dan Anik Rahmiati.
Sebelumnya, gadis kelahiran 2009 ini memang sudah aktif dalam sejumlah organisasi, terutama yang berkaitan dengan public speaking. Ia kerap mengikuti berbagai perlombaan, mulai dari pidato, baca puisi, hingga lomba mendongeng.
Salah satu prestasinya yang paling membanggakan adalah saat berhasil meraih Juara 2 Lomba Mendongeng Tingkat Nasional yang digelar di UNP Kediri tahun 2025. Ia juga pernah mewakili sekolah dalam kompetisi pidato dan baca puisi baik di tingkat lokal maupun nasional.
Namun bagi Ladiya, semua pencapaian itu belum cukup. Ia merasa terpanggil untuk lebih dari sekadar meraih prestasi pribadi.
“Saya sedih melihat banyak anak muda terjerumus narkoba. Bahkan ada anak-anak yang sudah jadi pecandu. Miris sekali,” ucapnya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.
Keresahan itulah yang akhirnya mendorongnya untuk ikut ajang Duta Pelajar Anti Narkoba. Ia ingin menjadi suara dari generasinya sendiri—menginspirasi teman sebaya agar tidak mudah terjerumus dalam pergaulan yang salah.
“Saya ingin bermanfaat, ingin jadi contoh bahwa remaja bisa bersuara dan berkontribusi. Kita bisa saling jaga dan saling kuatkan,” tegasnya.
Meski belum sepenuhnya memahami dunia pageant, Ladiya tak gentar. Ia terus belajar, membangun kepercayaan diri, dan membentuk citra diri yang positif. Menurutnya, seorang duta bukan soal penampilan semata, tetapi tentang gagasan, kepedulian, dan keberanian untuk menyampaikan pesan yang penting bagi generasinya.
Ladiya juga memiliki cita-cita menjadi seorang pengacara di masa depan. Baginya, panggung advokasi bukan hanya ada di ruang sidang, tetapi bisa dimulai dari ruang-ruang sosial, seperti panggung duta pelajar ini.
“Saya ingin jadi pengacara karena ingin membela yang benar. Tapi sejak sekarang, saya juga ingin bersuara untuk hal-hal yang penting, seperti bahaya narkoba,” pungkasnya.
Ladiya membuktikan bahwa keberanian untuk tampil bukan melulu soal bakat alami, tetapi juga tekad dan kepedulian. Dengan semangat yang membara dan niat tulus, ia melangkah bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga demi menyelamatkan generasi seangkatannya dari ancaman gelap narkoba.(RED.AL)
0 Komentar