Kediri, tjahayatimoer.net  – Memasuki hari kedua gelaran Festival Kuno Kini 2025 di Simpang Lima Gumul, suasana semakin semarak dengan suguhan budaya yang tak hanya memikat, tetapi juga menggugah rasa cinta tanah air. Salah satu momen yang berhasil mencuri perhatian pengunjung adalah penampilan dramatis dari Sanggar Kirana Dance Company yang membawakan tarian bertema sejarah perjuangan Kerajaan Kediri.

Tarian ini bukan sekadar pertunjukan estetika gerak, namun sebuah narasi visual yang mengangkat kisah Prabu Kertajaya, raja terakhir Kerajaan Kediri, dalam pertempuran sengit melawan Kerajaan Singasari. Di atas panggung terbuka, para penari tampil dengan kostum khas, diiringi musik etnik yang membangkitkan atmosfer heroik masa silam.

“Konsep ini kami garap secara mandiri dengan riset sejarah dan eksplorasi gerak. Gerakan kami desain lugas dan energik, mencerminkan perlawanan dan keberanian Prabu Kertajaya dalam mempertahankan Kediri,” ungkap Sergio, Manajer Kirana Dance Company, Sabtu (24/5/2025).

Sergio menjelaskan bahwa sanggarnya yang berdiri sejak 2018 telah banyak terlibat dalam berbagai kegiatan budaya, khususnya yang mengangkat kearifan lokal Kediri. Melalui pendekatan yang memadukan unsur tradisional dan sentuhan kontemporer, mereka berupaya menjembatani generasi muda agar lebih dekat dengan sejarah kotanya.

“Kami ingin menyampaikan bahwa tarian tradisional bukan sesuatu yang ketinggalan zaman. Kalau dikemas dengan pendekatan yang relevan, justru bisa menjadi media edukatif yang kuat dan menyenangkan,” katanya.

Penampilan Kirana Dance Company bukan hanya menghibur penonton yang memadati area festival, tetapi juga menyampaikan pesan penting: sejarah bukan untuk dilupakan, tapi untuk dikenang dan dipelajari kembali dengan cara yang kreatif.

Para pengunjung tampak antusias dan terhanyut dalam alur gerakan dan musik yang menggambarkan perjuangan Prabu Kertajaya. Bahkan, beberapa anak muda terlihat mencatat dan merekam pertunjukan, menunjukkan ketertarikan mereka terhadap sejarah lokal yang mungkin selama ini terlupakan.

“Ini pertunjukan keren! Baru kali ini saya tahu cerita Prabu Kertajaya lewat tarian. Jadi penasaran pengen cari tahu lebih banyak,” ujar Riko, mahasiswa asal Pare yang datang bersama teman-temannya.

Dengan menghadirkan pertunjukan seperti ini, Festival Kuno Kini tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga ruang edukasi budaya yang hidup. Harapannya, generasi muda tidak hanya bangga menjadi bagian dari Kediri, tetapi juga paham dan mencintai sejarah panjang yang membentuk identitas daerahnya.

Sebagai penutup, Sergio menegaskan bahwa Kirana Dance Company siap terus berkarya untuk memperkenalkan budaya Kediri ke panggung yang lebih luas. “Selama ada ruang untuk berkarya dan masyarakat yang mau mendukung budaya lokal, kami akan terus bergerak. Karena budaya adalah napas sebuah bangsa,” pungkasnya.(RED.AL)