KEDIRI, tjahayatimoer.net  – Apa sebenarnya yang membuat masyarakat dari luar daerah tertarik datang ke Kediri? Jawaban paling sering muncul adalah: Pesantren.

Ya, tak dapat dipungkiri, keberadaan pesantren besar seperti Lirboyo dan Ploso menjadi magnet utama bagi ribuan santri dari berbagai penjuru Indonesia untuk menetap dan menuntut ilmu agama di Kediri. Inilah yang membuat identitas "Kota Santri" begitu melekat pada Kediri. Tapi, apakah hanya itu saja daya tariknya?

Jika pertanyaannya diperluas—apakah Kediri memiliki potensi wisata yang kuat untuk menarik wisatawan dari luar? Maka jawaban jujurnya adalah: masih terbatas.

Salah satu obyek wisata alam yang sebenarnya memiliki potensi besar adalah lanskap Gunung Kelud. View Gunung Kelud yang gagah, dengan hamparan danau berwarna biru kehijauan di kaki gunungnya, menjadi panorama yang menakjubkan. Namun sayangnya, hingga kini pengelolaannya belum maksimal. Tak banyak atraksi atau kegiatan yang bisa dilakukan selain melihat pemandangan alam itu sendiri.

Inilah sebabnya, Kediri membutuhkan sesuatu yang lebih. Butuh sebuah event tahunan yang kuat secara konsep, yang bisa menjadi daya tarik baru dan sekaligus ikon promosi daerah. Karena itulah, lahirlah "Festival Kediri Kuno-Kini".

Tahun ini, event tersebut digelar selama 10 hari, mulai 23 Mei hingga 1 Juni 2025, berlokasi di Monumen Simpang Lima Gumul, ikon Kabupaten Kediri. Festival ini mengusung konsep perpaduan masa lalu dan masa kini. Di satu lokasi, pengunjung bisa menikmati berbagai hiburan tradisional dan modern, mencicipi aneka kuliner khas, serta membeli kerajinan dari pelaku UMKM Kediri.

Festival Kediri Kuno-Kini telah memasuki tahun kedua pelaksanaan, dan semakin mengukuhkan diri sebagai agenda yang patut ditunggu-tunggu. Tujuannya jelas: menjadikan Kediri tidak hanya sebagai kota pendidikan agama, tapi juga kota wisata budaya dan ekonomi kreatif.

Mengapa Event Tahunan Itu Penting?

Ada setidaknya empat alasan utama mengapa daerah seperti Kediri perlu menyelenggarakan event tahunan yang berdampak:

  1. Meningkatkan perekonomian lokal. Event besar akan menarik wisatawan untuk menginap, berbelanja, menikmati kuliner, serta membeli produk lokal. Ini menjadi momen panen bagi UMKM.

  2. Memperkuat identitas dan branding daerah. Event bisa menjadi ajang untuk memperkenalkan budaya dan karakter khas Kediri kepada publik luar.

  3. Mendorong pembangunan infrastruktur. Ketika sebuah event terus digelar dan terus berkembang, maka akan ada dorongan untuk memperbaiki akses jalan, fasilitas umum, dan konektivitas transportasi.

  4. Menarik minat sponsor, investor, dan media. Event yang sukses bisa membuka peluang kerja sama yang lebih luas dan membangun ekosistem ekonomi yang berkelanjutan.

Di balik suksesnya penyelenggaraan Festival Kediri Kuno-Kini 2025 ini, ada peran besar Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana (Mas Dhito). Di tengah tekanan efisiensi anggaran akibat instruksi pemerintah pusat, Mas Dhito tetap memilih mendukung penuh pelaksanaan festival ini karena menyadari dampak nyatanya, terutama bagi masyarakat kecil dan pelaku usaha lokal.

UMKM sangat merasakan manfaat dari festival ini. Produk mereka laku keras, dikenali publik, dan mendapat panggung untuk tumbuh. Maka tak heran, jika banyak pihak menganggap festival ini bukan sekadar acara seremonial, tapi juga alat pemulihan dan penggerak ekonomi.

Apresiasi tinggi patut diberikan pada Mas Dhito dan seluruh elemen yang terlibat, karena tetap memberikan ruang bagi kreativitas dan ekonomi lokal untuk bertumbuh, meski di tengah tantangan efisiensi anggaran.

Dan semoga tulisan ini juga sampai kepada para pemangku kepentingan, khususnya di lingkungan Pemkab Kediri yang mungkin masih setengah hati mendukung geliat UMKM dan ekonomi kreatif. Karena sejatinya, event besar seperti Festival Kediri Kuno-Kini bukan hanya soal hiburan, tapi tentang masa depan ekonomi daerah.(red.al)