Banyuwangi, tjahayatimoer.net – Kabar duka menyelimuti keluarga Rizal Sampurna, seorang pekerja migran asal Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, yang dilaporkan meninggal dunia saat bekerja di Kamboja. Jenazah Rizal rencananya akan dipulangkan ke Indonesia pada tanggal 9 atau 10 Mei 2025 mendatang. Namun hingga kini, proses pemulangan tersebut masih belum final lantaran terganjal persoalan biaya yang belum sepenuhnya diselesaikan.

Informasi ini disampaikan oleh pihak keluarga yang telah berkoordinasi dengan sejumlah instansi terkait, termasuk perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Phnom Penh serta Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat. Jenazah Rizal saat ini masih berada di rumah sakit di Kamboja dan menunggu konfirmasi final terkait pelunasan biaya pemulangan yang mencakup penerbangan, pengurusan dokumen, dan administrasi jenazah lintas negara.

Keluarga Rizal di Banyuwangi menyampaikan keprihatinan dan berharap adanya uluran tangan dari pemerintah untuk membantu proses pemulangan jenazah. Mereka mengaku kesulitan menghimpun dana yang dibutuhkan, mengingat biaya yang harus dibayarkan cukup besar dan di luar kemampuan ekonomi keluarga.

“Sebagian sudah kami usahakan, tapi kami tidak sanggup menutup semua biaya yang dibutuhkan. Kami hanya ingin almarhum bisa kembali ke tanah kelahirannya dengan layak,” ujar Isnaini, kakak kandung Rizal, dengan suara terbata.

Keluarga juga berharap perhatian dari Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) serta pemerintah daerah Banyuwangi, agar tragedi ini tidak menjadi beban berkepanjangan bagi pihak keluarga yang ditinggalkan.

Menurut informasi awal yang diterima dari aktivis buruh migran, Rizal diduga menjadi korban penempatan kerja non-prosedural. Ia disebut berangkat ke Kamboja tanpa jalur resmi melalui agen tenaga kerja terdaftar. Dugaan ini mencuat setelah diketahui bahwa Rizal bekerja di sebuah perusahaan daring yang belakangan diduga sebagai bagian dari jaringan perusahaan bodong yang memperkerjakan WNI dalam kondisi tidak manusiawi.

“Kasus Rizal mirip dengan pola eksploitasi pekerja migran di Asia Tenggara belakangan ini. Banyak dipekerjakan di sektor yang tidak jelas, bahkan menjadi korban kerja paksa atau sindikat siber kriminal,” ujar Anita Kusuma, pegiat migran dari LSM Migrant Watch.

Tragedi meninggalnya Rizal menjadi tamparan keras atas masih lemahnya pengawasan terhadap alur keluar masuknya pekerja migran. Pemerintah pusat dan daerah diminta lebih proaktif dalam memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya kerja di luar negeri melalui jalur ilegal, serta memperkuat penindakan terhadap calo dan agen tidak resmi.

“Kita tidak bisa terus membiarkan warga kita berangkat tanpa perlindungan hukum. Ini bukan hanya soal migrasi, tapi soal nyawa dan martabat manusia,” tambah Anita.

Hingga berita ini diterbitkan, pihak KBRI di Phnom Penh masih menunggu konfirmasi pelunasan dari pihak keluarga atau lembaga yang dapat membantu. Jika dana telah lengkap, jenazah Rizal dijadwalkan terbang ke Indonesia antara 9 atau 10 Mei, dan selanjutnya akan diserahkan kepada pihak keluarga di Banyuwangi untuk dimakamkan.

Pihak Pemkab Banyuwangi menyatakan tengah berkoordinasi dan berupaya mencarikan solusi untuk membantu meringankan beban keluarga. “Kami turut berduka dan sedang menelusuri kemungkinan bantuan yang bisa segera disalurkan,” ujar pejabat dari Dinas Sosial setempat. (Red.R)