MAKKAH, tjahayatimoer.net  – Perjalanan spiritual jemaah haji asal Kota Kediri kembali diwarnai peristiwa yang mengundang perhatian. Parmidi (85), jemaah tertua dari Kota Kediri, sempat dirujuk ke Rumah Sakit Al Abeer, Makkah, karena mengalami kondisi lemas disertai muntah-muntah, Kamis (22/5) lalu.

Beruntung, setelah mendapat perawatan intensif dan observasi dari tim medis, kondisi Parmidi kini dinyatakan stabil dan diperbolehkan kembali ke pemondokan untuk melanjutkan ibadah haji.

Menurut penjelasan Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Kediri, A. Zamroni, penyebab keluhan yang dialami Parmidi diduga berasal dari sirkulasi udara kamar yang tidak memadai.

“Dari hasil tes laboratorium, observasi, hingga CT scan, tidak ditemukan indikasi penyakit serius. Setelah ditelusuri, ternyata kamar tempat beliau menginap kurang sirkulasi udara karena AC selalu dimatikan, sementara kamar tak memiliki jendela,” terang Zamroni saat dihubungi dari Tanah Suci.

Tim kesehatan yang bertugas kemudian memberikan edukasi kepada Parmidi dan para jemaah lainnya untuk tetap menjaga sirkulasi udara kamar. Meski merasa kedinginan, AC diimbau tetap dihidupkan secara berkala guna mencegah udara pengap dan kekurangan oksigen di ruangan.

Ketua Kloter SUB 03, Khoirul Anam, membenarkan bahwa semua jemaah di kloter tersebut telah diberikan pemahaman mengenai pentingnya menjaga kualitas udara di kamar.

“Alhamdulillah, Pak Parmidi sudah pulih. Kita ingatkan juga jemaah lain agar AC tidak terus-menerus dimatikan. Kalau dingin, bisa diatur suhunya. Ini penting supaya tidak menimbulkan keluhan yang sama,” jelasnya.

Bahkan dalam perjalanan dari Bir Ali menuju Makkah, bus yang mengangkut rombongan jemaah sempat dihentikan hingga lima kali untuk pemeriksaan identitas dan barang bawaan.

“Baru keluar dari Bir Ali, sepanjang jalan banyak mobil polisi berjaga di bawah jalan layang. Bahkan saat mendekati kota Makkah, dua petugas naik ke bus memeriksa jemaah satu per satu,” ungkap Kusnani, jemaah asal kloter 45.

Setibanya di Makkah, jemaah haji Indonesia dikenakan tambahan gelang dan kartu identitas khusus. Total, setiap jemaah memiliki tiga kartu: ID card jemaah haji Indonesia, kartu Nusuk berukuran besar, dan kartu alamat hotel yang digantungkan di leher.

“Masuk Masjidil Haram pun diperiksa satu per satu. Kartu dan barcode yang dikalungkan bahkan di tangan juga discan. Tak heran antreannya jadi cukup panjang,” kata Arifin, jemaah asal Kediri lainnya.

Ketatnya pemeriksaan tersebut menjadi salah satu bentuk pengamanan pemerintah Arab Saudi dalam menjaga ketertiban dan keamanan jutaan jemaah dari seluruh dunia yang memadati Tanah Suci.

Meskipun sempat mengalami kendala kesehatan, semangat Pak Parmidi untuk menyempurnakan rukun Islam kelima tetap tinggi. Ia kini kembali bergabung bersama rombongan dan mengikuti kegiatan ibadah dengan pendampingan petugas kloter.

Semoga seluruh jemaah haji, khususnya asal Kota Kediri dan sekitarnya, diberikan kesehatan, kekuatan, dan kelancaran hingga seluruh rangkaian ibadah haji selesai dan kembali ke tanah air dengan predikat haji mabrur.(RED.AL)