Surabaya, tjahayatimoer.net  – Fluktuasi harga sembako di Jawa Timur masih terjadi hingga awal Mei 2025. Beberapa komoditas penting seperti cabai keriting dan daging sapi mengalami kenaikan, sementara daging ayam ras dan ayam kampung justru turun harga. Kondisi ini mendorong masyarakat untuk lebih jeli dalam mengelola belanja harian.

Pantauan dari Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jawa Timur, Kamis (1/5/2025) pukul 08.35 WIB, menunjukkan dinamika harga masih terjadi. Meski sebagian bahan pokok relatif stabil, beberapa komoditas utama menunjukkan perubahan yang cukup signifikan.

Naik dan Turun, Harga Tidak Stabil

Cabai merah keriting kini dijual dengan harga Rp 37.269/kg, naik sebesar Rp 1.207 atau 3,35 persen dibanding hari sebelumnya. Daging sapi paha belakang juga naik menjadi Rp 119.554/kg, mengalami kenaikan Rp 839 atau 0,71 persen.

Di sisi lain, konsumen mendapat angin segar dari turunnya harga daging ayam ras dan ayam kampung. Harga ayam ras kini turun menjadi Rp 29.872/kg, sedangkan ayam kampung berada di angka Rp 66.742/kg, turun Rp 1.044 atau 1,54 persen.

“Naik turunnya harga ini membuat saya harus pintar-pintar mengatur belanja. Kadang hari ini beli, besok harganya berubah,” ujar Lilis, ibu rumah tangga asal Gresik yang ditemui saat belanja di Pasar Tambakrejo.

Harga Komoditas Strategis Lainnya

Beras premium saat ini berada di harga Rp 14.568/kg, sedangkan beras medium Rp 12.549/kg. Minyak goreng kemasan premium bertahan di angka Rp 20.472/liter, sementara Minyakita dijual seharga Rp 16.449/liter.

Sementara itu, telur ayam ras berada di harga Rp 26.136/kg, dan telur ayam kampung Rp 46.159/kg. Bawang merah dan bawang putih masing-masing tercatat di harga Rp 38.372/kg dan Rp 37.885/kg.

Dampak Terhadap Pedagang dan Konsumen

Bagi pedagang, fluktuasi harga ini tak hanya menyulitkan perhitungan stok dan keuntungan, tapi juga berdampak pada jumlah pembeli. “Kalau harga naik tiba-tiba, pembeli jadi menawar lebih ketat. Kalau turun, kita juga rugi karena barang lama masih stok lama,” ungkap Wawan, pedagang sembako di Pasar Wonokromo.

Di sisi lain, para pelaku UMKM kuliner juga mulai mengeluh karena kenaikan harga bahan pokok berpengaruh pada biaya produksi. Beberapa bahkan terpaksa menaikkan harga jual produk.

Faktor Penyebab Perubahan Harga

Perubahan harga bahan pokok dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain:

  • Musim dan cuaca: Cuaca ekstrem dan musim panen yang bergeser berdampak langsung pada hasil produksi pertanian.

  • Distribusi dan logistik: Kendala pengiriman dari produsen ke pasar dapat menyebabkan keterlambatan pasokan.

  • Kebijakan pemerintah: Perubahan pajak, subsidi, dan regulasi impor memengaruhi ketersediaan barang.

  • Nilai tukar dan inflasi: Ketergantungan pada produk impor membuat nilai tukar rupiah sangat berpengaruh.

  • Permintaan dan penawaran: Ketika permintaan tinggi dan pasokan terbatas, harga cenderung melonjak.

Perlu Langkah Nyata Pemerintah

Para pengamat ekonomi menilai pentingnya pengawasan rutin terhadap harga sembako, terutama menjelang hari besar keagamaan dan masa transisi musim.

“Pemerintah daerah perlu aktif melakukan operasi pasar dan menjalin kerja sama dengan distributor besar untuk menjaga stabilitas harga,” ujar Rina Nurhayati, pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga.

Dengan dinamika harga yang tak menentu ini, masyarakat diimbau untuk lebih bijak dalam merencanakan belanja harian dan menyiasati kebutuhan pokok secara efektif.(RED.AL)