KEDIRI, tjahayatimoer.net – Festival Kuno-Kini yang berlangsung sejak 23 Mei 2025 di kawasan Simpang Lima Gumul Kediri menghadirkan ratusan UMKM dari berbagai sektor. Event tahunan besutan Radar Kediri ini sukses menyedot ribuan pengunjung setiap harinya. Namun, di balik meriahnya festival, muncul keluhan dari sejumlah pengunjung soal harga salah satu produk minuman yang dinilai tidak masuk akal.
Keluhan tersebut mencuat terhadap salah satu stan minuman jeruk peras yang berada di area strategis festival. Jeruk peras yang dijual di stan tersebut dibanderol Rp 15 ribu per cup kecil ukuran 14oz—harga yang dianggap tak lazim oleh banyak pengunjung karena ukuran kecil tanpa pilihan variasi.
“Saya kira itu ukuran besar, ternyata kecil, gak ada tulisannya juga. Harganya sama kayak menu lain, padahal kan cuma jeruk peras,” ujar Nina (27), pengunjung asal Kecamatan Gampengrejo.
Stan jeruk peras ini ternyata tergabung dalam satu manajemen bisnis dengan beberapa stan makanan lain di festival. Seluruh produk di stan tersebut, termasuk makanan dan minuman, dibanderol dengan harga seragam Rp 15 ribu. Namun, tidak ada penjelasan detail mengenai ukuran atau komposisi dalam daftar harga yang ditampilkan.
Menurut Bagus (21), penjual di stan tersebut, harga jeruk peras yang tinggi didasarkan pada kualitas bahan dan sistem harga seragam yang diterapkan oleh pemilik usaha.
“Memang semuanya di sini harganya 15 ribu, termasuk jeruk peras. Per cup pakai sunkis asli, gak ada campuran gula, makanya segitu,” terang Bagus saat ditemui pada Kamis (29/5/2025).
Ia mengungkapkan, dalam sehari bisa menghabiskan 100 kilogram jeruk sunkis dan meraup keuntungan hingga Rp 1 juta per hari. Jika akhir pekan, omzetnya bisa melonjak hingga Rp 3 juta.
Perbandingan dengan Stan Lain Bikin Publik Makin Kritis
Namun, setelah dilakukan penelusuran lebih lanjut, ditemukan dua stan jeruk peras lainnya yang menawarkan produk sejenis dengan harga dan informasi yang lebih masuk akal. Salah satunya milik Rio (23), yang terletak di area belakang panggung utama. Ia menjual jeruk peras murni dalam berbagai ukuran: Rp 10 ribu untuk cup kecil 14oz, dan Rp 15 ribu untuk cup besar 18oz. Daftar harga yang dipasang juga lengkap dan mudah dipahami oleh pembeli.
“Kalau tanpa es memang beda harga, tapi semua ada di papan harga. Biar pembeli bisa milih dan gak bingung,” jelas Rio.
Rio juga menggunakan jeruk sunkis tanpa tambahan gula. Transparansi harga dan kualitas produk yang dijaga membuat stan miliknya tetap ramai pembeli, meski berada agak jauh dari pintu masuk utama.
Panitia Ambil Tindakan: Tegaskan Pentingnya Daftar Harga Jelas
Tingginya perhatian publik soal selisih harga ini langsung direspons oleh panitia Festival Kuno-Kini. Melalui pengumuman resmi, panitia meminta semua pelaku UMKM untuk memasang daftar harga dengan jelas, demi menjaga kepercayaan konsumen dan menciptakan iklim jual beli yang sehat.
“Kami tidak ingin pengunjung merasa dirugikan atau tertipu. Kami imbau semua stan mencantumkan daftar harga dengan rinci dan transparan,” tulis panitia dalam siaran tertulis, Jumat (30/5/2025).
Panitia juga membuka posko aduan di area tengah festival, dekat panggung utama. Pengunjung yang menemukan stan tanpa daftar harga atau mematok harga di luar kewajaran dipersilakan melapor langsung ke sekretariat.
UMKM Diimbau Menjaga Etika Jual Beli
Festival Kuno-Kini memang menjadi ajang emas bagi pelaku UMKM, tapi momen ini juga jadi cerminan bagaimana pelaku usaha harus menjaga etika dalam berdagang. Harga yang tidak sesuai, apalagi disertai informasi yang minim, berisiko mencoreng reputasi seluruh pelaku UMKM.
“Harusnya kita sebagai pedagang juga edukatif, jangan cuma ngejar untung. Festival ini bukan cuma soal dagang, tapi juga citra usaha kita ke masyarakat,” ungkap Rizka (34), pengunjung yang juga pelaku UMKM fashion di Kediri.
Dengan waktu pelaksanaan yang tinggal beberapa hari menuju puncak acara 1 Juni 2025, panitia berharap sisa pelaksanaan Festival Kuno-Kini bisa berlangsung lebih tertib, adil, dan memuaskan baik untuk pengunjung maupun pelaku UMKM.(RED.AL)
0 Komentar