KEDIRI, tjahayatimoer.net – Festival Kuno-Kini yang digelar di kawasan Simpang Lima Gumul (SLG) terus menyedot perhatian warga. Memasuki hari ke-8, gelaran yang berlangsung sejak 23 Mei ini tetap dipadati ribuan pengunjung, terutama saat momen libur panjang seperti Kamis (29/5) lalu.
Data yang dirilis panitia menunjukkan lonjakan signifikan, dengan total pengunjung tercatat mencapai 37.430 orang hanya dalam kurun pukul 10.00 hingga 22.00 WIB. Jumlah itu diprediksi terus meningkat menjelang penutupan festival pada 1 Juni mendatang.
Antusiasme masyarakat tampaknya tak hanya dipicu oleh libur panjang, tapi juga daya tarik beragam kuliner dan hiburan yang disajikan di lokasi acara. Festival ini menyuguhkan harmoni antara nuansa tradisional dan modern, sehingga menarik minat dari semua kalangan usia.
“Saya sudah dua kali ke sini, apalagi sekarang libur. Selain jajan, saya suka lihat pentas seninya,” tutur Khusna, pengunjung asal Kecamatan Kras, yang datang bersama keluarganya.
Festival ini memang menghadirkan ratusan stan, baik dari pelaku UMKM lokal, instansi pemerintah, hingga perusahaan swasta. Di samping itu, tiap sore dan malam hari pengunjung dimanjakan dengan beragam pertunjukan kesenian, mulai dari tari tradisional, musik akustik, hingga parade budaya yang digelar secara gratis.
UMKM Panen Rezeki, Panitia Gencarkan Imbauan Harga Jelas
Tingginya kunjungan juga membawa angin segar bagi pelaku UMKM yang berjualan di lokasi. Galih, penjual tahu dan pisang krispi asal Desa Sambirejo, Kecamatan Gampengrejo, mengaku dagangannya laris manis sejak awal festival.
“Biasanya saya jualan di CFD, tapi kalau ada event kayak gini pasti ikut. Alhamdulillah ramai. Saya jual tahu krispi Rp 10 ribu dan pisang tanduk krispi Rp 15 ribu, harga tetap kayak biasa,” ujarnya sembari melayani pembeli.
Namun di balik ramainya festival, panitia tidak lengah dalam menjaga kenyamanan pengunjung. Sejumlah imbauan terus disuarakan agar pedagang mencantumkan harga secara terbuka. Ini dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman atau keluhan seperti yang sempat terjadi di awal pembukaan.
Panitia bahkan telah memasang baliho besar berisi imbauan dan informasi posko pengaduan di beberapa titik strategis. Pengunjung yang merasa dirugikan bisa langsung melapor agar dapat ditindaklanjuti.
“Transparansi harga penting agar pengunjung merasa nyaman dan tidak khawatir. Kami juga ingatkan pembeli agar menanyakan harga dulu jika tidak ada label harga,” kata salah satu anggota panitia.
Hiburan, Lomba, hingga Nostalgia Permainan Jadul
Festival Kuno-Kini bukan hanya ajang kuliner dan belanja. Acara ini juga sarat edukasi dan hiburan. Terdapat berbagai perlombaan, workshop, hingga zona permainan jadul yang mengajak pengunjung bernostalgia, seperti egrang, dakon, dan congklak. Beberapa stan juga menyajikan kuliner tempo dulu, seperti jenang grendul, kue cucur, dan tape uli.
Masyarakat tampaknya sangat merindukan suasana kebersamaan yang dikemas secara kreatif seperti ini. Tidak heran jika sepanjang area festival selalu tampak ramai, terutama di sore hingga malam hari.
Dengan sisa dua hari menjelang penutupan, panitia mengajak masyarakat yang belum berkunjung untuk memanfaatkan kesempatan menikmati festival ini. "Datang bersama keluarga, teman, atau pasangan. Festival ini untuk semua usia. Mumpung masih ada waktu," tambah panitia.
Festival Kuno-Kini menjadi salah satu agenda budaya terbesar di Kabupaten Kediri tahun ini, yang bukan hanya mendongkrak UMKM lokal, tetapi juga memperkuat identitas budaya masyarakat. (red.al)
0 Komentar