KEDIRI,  tjahayatimoer.net – Suasana Car Free Day (CFD) Jalan Dhoho, Minggu pagi (25/5/2025), terasa lebih semarak dan edukatif dari biasanya. Pemerintah Kota Kediri memperingati Hari Buku Nasional dan Hari Kearsipan Nasional dengan menggelar aksi membaca buku serentak bersama anak-anak. Kegiatan ini bukan hanya simbolik, tetapi bagian dari gerakan nyata membangun budaya literasi sejak dini.

Wali Kota Kediri, Vinanda Prameswati, atau yang akrab disapa Mbak Wali, hadir langsung dan membagikan buku kepada anak-anak yang duduk rapi membaca di sepanjang jalur CFD. Anak-anak dari berbagai SD, forum anak, hingga komunitas literasi ikut ambil bagian dalam kegiatan ini. Tidak sekadar membagikan buku, Mbak Wali juga tampak aktif berinteraksi dengan mereka, menanyakan buku favorit hingga mengajak bermain kuis ringan seputar isi bacaan.

“Sekarang ini serba digital, anak-anak mudah sekali terpapar video pendek yang kadang tidak berkualitas. Kalau dibiarkan, bisa mengarah ke brain rot, di mana kemampuan kognitif dan berpikir kritis mereka menurun. Buku tetap tak tergantikan sebagai alat pembelajaran,” ujar Mbak Wali dalam sambutannya.

Ia menegaskan pentingnya peran keluarga, terutama orang tua, dalam membiasakan anak-anak membaca buku. Menurutnya, membaca bukan sekadar aktivitas, tapi juga petualangan menjelajah dunia dalam sunyi. “Mari kita ajak anak-anak untuk menyelami dunia melalui bacaan. Bisa dimulai dari cerita pendek, dongeng, atau buku-buku ringan. Pojok baca di berbagai titik di Kota Kediri juga bisa dimanfaatkan,” ajaknya.

Data dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas) mencatat peningkatan signifikan pada Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) di Kota Kediri. Tahun 2023 angkanya masih di 54,2, namun melonjak tajam menjadi 99,34 pada tahun 2024. Atas prestasi tersebut, Kota Kediri baru saja diganjar penghargaan sebagai kota dengan TGM tertinggi di Jawa Timur tahun 2025 oleh Gubernur Jawa Timur.

Berbagai program literasi yang telah berjalan akan terus didorong, seperti perpustakaan keliling, pojok baca, perpustakaan digital, layanan antar buku ke rumah (delivery), lomba bercerita, hingga kunjungan perpustakaan. Pemkot juga tengah mendorong akses digitalisasi buku melalui QR code di fasilitas publik agar masyarakat bisa membaca kapan saja dan di mana saja.

“Alhamdulillah, ini menjadi kebanggaan sekaligus penyemangat bagi kami. Terima kasih kepada seluruh komunitas dan relawan literasi yang terus menghidupkan semangat membaca di tengah masyarakat,” ucap Mbak Wali.

Selain literasi, peringatan Hari Kearsipan Nasional juga menjadi momen penting bagi Pemkot Kediri untuk meluncurkan Program Duta Siaga atau Perlindungan dan Penyelamatan Arsip Keluarga. Program ini merupakan layanan gratis untuk membantu masyarakat memperbaiki dan menyelamatkan arsip penting keluarga seperti ijazah, surat nikah, akta kelahiran, hingga sertifikat tanah dari kerusakan atau bencana.

“Kami berharap masyarakat lebih sadar akan pentingnya menjaga arsip keluarga. Melalui program ini, kami ingin memberikan edukasi sekaligus solusi. Layanannya bisa diakses setiap hari kerja di Dinas Kearsipan dan Perpustakaan,” jelas Wali Kota.

Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Kediri, Eko Lukomono, menambahkan bahwa dipilihnya lokasi CFD bertujuan untuk mendekatkan layanan literasi dan kearsipan kepada masyarakat secara langsung. Pihaknya menggandeng komunitas seperti Forum Taman Bacaan Masyarakat (TBM)Kediri Book Party, dan beberapa toko buku lokal.

Dalam kesempatan tersebut, disampaikan pula bahwa Kota Kediri saat ini menduduki peringkat kedua tertinggi se-Jawa Timur dan peringkat ketiga nasional dalam indeks kegemaran membaca. Capaian ini bukan hasil instan, melainkan buah kerja kolaboratif antara pemerintah, sekolah, komunitas, dan warga.

Mbak Wali juga menyerahkan piagam penghargaan kepada tiga TBM yang dinilai aktif dan inovatif sebagai pelopor literasi berbasis inklusi, yaitu TBM Cerdas MandiriTBM Al-Madinah, dan TBM Lisa.

Turut hadir dalam kegiatan ini, Kepala Dinas Pendidikan Anang Kurniawan, Kepala DP3AP2KB Arief Cholisudin, serta tamu undangan dari komunitas literasi dan tokoh masyarakat lainnya.

Dengan semangat gotong royong, Kota Kediri menunjukkan bahwa membangun peradaban dimulai dari membaca dan menghargai arsip sejarah keluarga. Dua hal ini mungkin sederhana, namun berdampak besar bagi generasi mendatang.(red.al)